Cerita dari Workshop "Film Marketing and Impact Campaign Workshop"

Kembali lagi dengan aktivitas menulis blog tiap minggu. Aku akan menceritakan pengalamanku baru-baru ini yang berhubungan dengan tema tugas menulis blog pada hari  ini , yaitu berbahasa dan komunikasi. Semua orang melakukan komunikasi, baik verbal maupun non verbal.Hal itu merupakan komunikasi yang biasa dilakukan setiap harinya. Dalam komunikasi terdapat unsur noise (gangguan, hambatan), yang dapat mengakibatkan kurang tersampaikannya pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pada kesempatan ini, aku akan menceritakan pengalamanku yang menurut aku itu termasuk dari hambatan komunikasi.
  Pada tanggal 27 Februari 2018, aku menghadiri sebuah workshop yang diselenggarakan oleh panitia MAFI FEST (Malang Film Festival), yang bekerja sama dengan United States of America Consulat Surabaya dan American Film Showcase. Untuk menghadirkan pemateri Ashley Hazs sebagai Sr. Director of Film & Integreated Marketingfor Participant Media. Tema yang diangkat pada workshop kali ini adalah “Film Marketing and Impact Campaign Workshop”. Awalnya aku sempat ragu untuk datang dan mengikuti workshop tersebut, karena dilihat dari tema dan profil pematerinya, aku menduga selama workshop penyampaian materinya meggunakan bahasa inggris. Dugaan itu membuat aku untuk tidak berminat untuk datang. Namun pada akhirnya setelah selesai kelas pagi,  aku  diajak teman-teman untuk  datang mengikuti workshop tersebut. Disisi lain aku ingin tau tentang materinya karena menurutku tema yang dibawakan menarik, disisi lain aku juga sempat berpikir ini adalah kesempatan baik untuk aku bisa belajar dan latihan bahasa inggri yang dikomunikasikan langsung oleh orang asing. Sesampainya ditempat workshop yaitu di American Corner , Perpustakaan UMM lantai 3. Acara sudah dimulai saat aku tiba disana. Aku memilih duduk di bangku baris ketiga. Saat itu di depan sudah terputar sebuah film dokumenter dari luar negeri. Film dokumenter tersebut bercerita tentang “Sriracha” yaitu  sebuah produk saus pedas yang populer di Thailand bahkan Amerika, karena kenikmatan dari saus tersebut . Selama pemutaran film fokusku terbagi menjadi dua yaitu, melihat visual dari film tersebut dan terjemahan bahasa Indonesia. Setalah pemutaran film selesai, dilanjutkan dengan penyampaian materi yang disampaikan oleh miss Ashley Hazs. Sesuai dugaan awal, bahwa materi disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris. Ada transletor yang membantu menerjemahkan kalimat yang disampaikan oleh miss Ashley Hazs. Tetapi beberapa bagian ada yang tidak  diterjemahkan oleh transletor, sehingga itu menjadi hambatan bagi aku untuk mencerna semua informasi yang disampaikan oleh miss Ashley. Sebenarnya aku lebih suka mendengarkan dan memahami langsung apa yang disampaikan oleh miss Ashley. Menurutku informasi yang disampaikan lebih efektif dan dapat tersampaikan secara lebih utuh. Namun sekali lagi hambatan yang aku alami adalah lemanya aku dalam bahasa Inggris. Saat sesi pertanyaan juga beberapa peserta workshop menggunakan bahasa Inggris dalam penyampainya. Sehingga membuat aku samakin minder. Sebenarnya ada pertanyaan yang ingin aku sampaikan kepada miss Ashley. Tetapi rasa minder, malu dan takut lebih besar dari rasa ingn tahuku. Sehingga aku mengurungkan niatku untuk bertanya.
  Dari pengalaman workshop ini, mengkin untuk kedepannya pada situasi yang sama atau situasi yang lain, aku ingin lebih percaya diri dan berani berbicara dihadapan banyak orang.Dan juga bisa membuang pikiran takut salah apabila mengemukakan sesuatu. Itulah hambatan terbesarku selama ini. Semoga sedikit demi sedikit aku bisa memperbaiki hambatan-hambatan tersebut, dengan cara sering mengikuti sebuah forum-forum. Seperti yang dikatan oleh bu Winda pada materi kelas tadi siang, bahwa “pembicara yang baik adalah pendengar yang terbaik”. Artinya kita mencoba memahami benar-benar apa yang dikatakan orang lain. Sehingga kita lebih cepat menyerap informasi yang dibutuhkan dan bereaksi cepat.

Komentar

Postingan Populer